Sunday, April 26, 2020

Status Keanggotaan Gugusdepan

Berbicara mengenai status keanggotaan gugusdepan maka harus tahu lebih dahulu pengertian gugusdepan. Gugusdepan atau biasa disingkat gudep adalah suatu wadah dalam Gerakan Pramuka untuk menghimpun anggota Gerakan Pramuka sebagai peserta didik dan pembina Pramuka serta digunakan sebagai pangkalan keanggotaan peserta didik. Setiap Gugusdepan memiliki nomor yang diberikan oleh Kwartir Cabang sebagai bukti bahwa gugusdepan tersebut sudah terintegrasi dengan Kwartir di wilayah masing-masing dan terdaftar. Gudep putra menggunakan nomor ganjil dan gudep putri menggunakan nomor genap.

Gugusdepan di Indonesia sebagian besar berpangkalan di  instansi pendidikan seperti sekolah dasar, sekolah menengah dan perguruan tinggi sehingga terbentuklah gugusdepan di tingkat satuan pendidikan, sebagai contohnya bisa di lihat bawah ini:
  1. Gugusdepan 1221-1221 berpangkalan di SDN Banyu Urip VIII Surabaya.
  2. Gugusdepan 253-254 berpangkalan di SMP Negeri 3 Surabaya.
  3. Gugusdepan 1546-1547 berpangkalan di SMK Negeri 2 Surabaya.
  4. Gugusdepan 622-623 berpangkalan di Universitas Airlangga Surabaya.

Dari keempat contoh di atas jika seorang anak aktif di Gerakan Pramuka dan mengikuti kegiatan Pramuka dari mulai Siaga sampai Pandega maka dia akan berpindah gugusdepan sebanyak 3 kali. Perpindahan tersebut mengakibatkan  status keanggotaan juga berpindah 3 kali dari SD ke SMP, SMP ke SMA/SMK kemudian ke perguruan tinggi sehingga anggota Pramuka tersebut bergabung 4 kali dengan 4 gugusdepan yang berbeda sesuai tingkatan pendidikannya.

Keanggotaan Pramuka  pada dasarnya adalah menurut gugusdepan bukan berdasarkan tingkatan pendidikan dan status keanggotaannya bersifat tetap selama anggota tersebut tidak mengundurkan diri dari gugusdepan tersebut. Untuk memperjelas bisa dilihat contoh di bawah ini. 
Amir adalah anggota gugusdepan 1221 yang berpangkalan di sekolah dasar, saat masuk SMP Amir  tidak mengundurkan diri dari gudep tersebut dan tidak bergabung dengan gudep 253 yang berpangkalan  di sekolah SMP namun tetap latihan di gudep 1221, itulah yang dimaksud status keanggotaan bersifat tetap selama tidak mengundurkan diri. 

Jika banyak anggota Pramuka yang mengerti tentang hal tersebut dan menerapkannya maka akan terdapat gugusdepan lengkap di banyak pangkalan.

Thursday, April 23, 2020

Panduan Membuat Lomba Pioneering

Pioneering merupakan bagian dari materi kegiatan kepramukaan yang sangat penting. Materi ini adalah materi wajib yang harus dikuasai oleh setiap anggota Pramuka. Bentuk pioneering juga bermacam-macam dari bentuk yang mudah sampai bentuk yang sulit. Masing-masing bentuk juga memiliki kegunaan yang berbeda. Selain itu pioneering juga dapat melatih keterampilan dan kemampuan seorang Pramuka. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan dasar tali temali, kemampuan untuk berkreasi dan kemampuan untuk berimajinasi. Dengan latar belakang tersebut  akhirnya muncul lomba pioneering. Dalam artikel ini saya akan coba menjelaskan cara membuat lomba pioneering yang baik dan benar.

Menentukan Model Lomba
Sebelum membuat lomba hal pertama yang perlu dipersiapkan adalah menentukan model pioneering apa yang akan dilombakan. Ada 3 macam model lomba yang biasa digunakan yaitu model klasik, model bertema dan model bebas. Model tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
1. Model klasik yaitu bentuk bangunan pioneering yang dilombakan untuk semua peserta adalah sama baik dari segi jumlah tongkat, simpul yang digunakan maupun bentuk pioneering itu sendiri. contohnya pioneering tiang bendera.
Kelebihan : bentuk bangunan sederhana, pengerjaan pioneering lebih singkat, juri bisa menilai dengan cepat.
Kekurangan : pioneering kurang variatif, peserta tidak bisa berkreasi.
Solusi : pilih pioneering yang sekiranya memiliki bentuk menarik selain tiang bendera, biarkan peserta berkreasi dengan menambah hiasan pada pioneering.

2. Model bertema yaitu bentuk bangunan pioneering yang dilombakan memiliki tema tertentu, sebagai contoh temanya adalah transportasi udara artinya peserta bisa dengan bebas membuat bentuk pioneering apapun asalkan sesuai dengan tema, bentuk tersebut contohnya pesawat jet, helikopter, balon udara dan lainya.
Kelebihan : peserta bisa bebas berkreasi membuat pioneering transportasi udara yang berbeda meskipun ada kemungkinan peserta lain membuat bentuk yang sama.
Kekurangan : waktu pengerjaan lebih lama, penilaian lebih sulit dan harus teliti.
Solusi : Batasi waktu pengerjaan pioneering semisal 120 menit, pilih juri yang kompeten di bidangnya.

3. Model bebas yaitu bentuk bangunan pioneering yang dilombakan bebas sesuai keinginan dan imajinasi peserta, dengan kata lain bentuk bangunan pioneering akan bervariasi sebagai contoh meja makan, kalajengking, garuda dan lainnya.
Kelebihan : peserta bisa mengekspresikan ide mereka dalam bentuk bangunan pioneering yang beraneka ragam.
Kekurangan : waktu pengerjaan masing-masing peserta tidak sama, penilaian menjali lebih sulit, lebih lama dan sangat hati-hati.
Solusi : Batasi waktu pengerjaan agak lama semisal 180 menit, Batasi jumlah tim peserta yang ikut lomba misalkan 50 tim, pilih juri yang kompeten di bidang pioneering dan salah satunya ada juri profesional di luar  anggota Pramuka.

Menentukan Kriteria Penilaian
Setelah menentukan model lomba tahap berikutnya adalah menentukan kriteria penilaian. Kriteria ini berhubungan dengan apa saja yang perlu dinilai saat lomba. Lomba pioneering merupakan lomba yang penilaiannya bersifat subyektif. Namun ada beberapa kriteria penilaian yang biasa dijadikan item penilaian dan wajib dipakai dalam penilaian pioneering antara lain kekuatan, kerapian dan kebenaran simpul, adapun kriteria tambahan biasanya adalah kreatifitas. 
  • Kekuatan : kekuatan disini yang dinilai adalah kekuatan ikatannya bukan tongkatnya, jika anda sebagai juri maka cara mengeceknya tinggal putar saja tongkat satu kali pada masing-masing ikatan bukan berkali-kali, jika tongkat mudah diputar berarti ikatan kurang kuat. Jangan memutar berkali-kali karena sekuat apapun ikatan jika diputar berkali-kali akan kendur juga dan ini salah.
  • Kerapian : kerapian yang dinilai adalah simpulnya rapat tidak ada cela antar tali dan tidak ada sisa tali yang terurai begitu saja. Jadi jika ada sisa tali bisa dipotong atau dibuat hiasan simpul rantai atau disamarkan dengan melilitkan ke tongkat. Intinya adalah terlihat rapi.
  • Ketepatan simpul : ketepatan simpul yang dimaksud adalah tepat dalam menggunakan simpul pada pioneering. Contohnya jika posisi tongkat berbentuk ( + ) maka simpul yang digunakan adalah simpul palang sedangkan jika posisi tongkat berbentuk ( x ) maka simpul yang digunakan adalah simpul silang.
  • Kreatifitas : kreatifitas yang dinilai bersifat tanpa batas jadi harus ada batasan kreatif yang dimaksudkan seperti apa karena persepsi kreatifitas setiap orang berbeda. sebagai contoh kreatif  adalah penambahan bendera warna warni pada pioneering.
Empat kriteria itulah yang sering digunakan dalam menilai lomba pioneering. Bagaimana dengan waktu apakah boleh digunakan sebagai kriteria penilaian, jawabanya adalah boleh jika model lomba klasik dan tidak boleh jika model lomba bertema atau bebas. Waktu dalam lomba pioneering tersebut hanya boleh digunakan sebagai limit atau waktu mengerjakan pioneering semisal 120 menit, dalam waktu tersebut peserta harus menyelesaikan pioneeringnya jika waktu habis maka selesai atau tidak pioneeringnya semua harus berhenti mengerjakan. Alasanya adalah karena untuk mengerjakan pioneering model bertema dan model bebas tingkat kesulitan pembuatan tidak sama sehingga waktu selesai mengerjakannya juga berbeda jadi tidak adil untuk peserta. 

Menentukan Poin Setiap Kriteria
Tahap selanjutnya adalah menentukan poin pada setiap kriteria, berapa nilai maksimal pada masing-masing item penilaian. Pemberian poin maksimal yang baik adalah berjumlah 100 poin. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar dalam penilaian dan penghitungan lebih mudah. Contoh poin sebagai berikut :
  • Kekuatan (40),
  • Kerapian (25),
  • Ketepatan simpul (25),
  • Kreatifitas (10), 
Dengan poin tersebut seorang juri hanya akan memberikan nilai maksimal sebesar 100 poin. Contohnya nilai tim A
Kekuatan               35
Kerapian                22 
Ketepatan simpul 20 
Kreatifitas                8  +
Jumlah                    85

Untuk memberikan poin maksimal pada item penilaian tidak harus seperti contoh di atas tetapi bisa dirubah sesuai kebutuhan artinya tidak mesti ada 4 kriteria bisa kurang bisa lebih. Saat memberikan poin harus memperhatikan model lomba yang akan digunakan apakah menggunakan model klasik, bertema atau bebas. Berikut lebih jelasnya simak di bawah ini.
  • Model klasik : poin tertinggi kekuatan karena bentuk pioneering sama.
  • Model bertema : poin tinggi bisa pada kekuatan dan kreatifitas karena bentuk pioneering berbeda namun masih dalam satu tema.
  • Model bebas : poin tertinggi kreatifitas karena bentuk pioneering bervariasi dan dilihat dari tingkat kesulitan pembuatan.
Pada intinya lomba pioneering adalah lomba untuk membuat benda atau bangunan. Sebuah bangunan haruslah kuat ikatannya, itulah kenapa bobot poin penilaian tertinggi ada pada kekuatan. Berbeda jika yang lebih ditonjolkan adalah kreatifitas maka bobot poin penilaian tertinggi di titik beratkan pada kriteria kreatifitas, semakin sulit tingkat pembuatannya maka semakin besar nilai kreatifitasnya.

Jika dalam penilaian ada 3 juri maka nilai ketiga juri dijumlahkan dan dirata-rata. Juri akan memberi nilai kepada peserta berdasarkan subyektifitas masing-masing, ada juri yang memberikan nilai tinggi misalkan diatas 80 dan ada juga juri yang memberikan nilai rendah misalkan dibawah 60, mungkin juga ada juri yang suka memberi nilai tengah-tengah antara 60-80. Suatu contoh seperti berikut ini:
Ada 3 peserta lomba pioneering yaitu tim A, tim B dan tim C yang dinilai oleh 3 juri,
Juri 1 : Tim A = 90, Tim B = 85, Tim C = 95
Juri 2 : Tim A = 55, Tim B = 45, Tim C = 57 
Juri 3 : Tim A = 75, Tim B = 65, Tim C = 78

Dari masing-masing nilai tersebut kemudian dirata-rata dibagi 3 sehingga nilai yang diperoleh peserta tetap maksimal 100 poin. Lebih jelasnya lihat di bawah ini.
Tim A : (90 + 55 + 75) / 3 = 220 / 3 = 73,3
Tim B : (85 + 45 + 65) / 3 = 195 / 3 = 65
Tim C : (95 + 57 + 78) / 3 = 230 / 3 = 76,7

Membuat Peraturan Lomba
Untuk membuat peraturan lomba sangat bervariasi dan bebas sesuai keinginan panitia yang penting bisa diterima oleh peserta lomba. Beberapa peraturan yang sering sekali digunakan lomba antara lain.

  1. Membatasi jumlah pemakaian tongkat dan ukuran tongkat. Pembatasan ini boleh saja dengan tujuan  menjadikan lomba lebih menarik dan lebih menantang. Salah satu contohnya peserta hanya boleh menggunakan 12 tongkat dengan panjang 160 cm diameter 2 cm. Bila ingin yang lebih menantang lagi peserta hanya boleh menggunakan 12 tongkat yaitu panjang 160 cm sebanyak 8 buah dan panjang 50 cm sebanyak 4 buah dengan diameter masing-masing 2 cm. Untuk perserta harus benar-benar mempersiapkan sesuai aturan.
  2. Tidak diperbolehkan memotong tali. Menurut saya pribadi memotong tali saat lomba boleh saja untuk alasan kerapian dan tali merupakan alat menunjang yang digunakan seperlunya jadi tidak ada masalah sama seperti penggunaan lem, cat air dan lainnya, namun kalau dalam lomba tidak diperbolehkan memotong tali maka  juga diperbolehkan membuat aturan seperti itu tetapi harus dengan alasan yang jelas, jangan sampai kalau ada calon peserta yang bertanya "kenapa tidak boleh memotong tali" panitia hanya menjawab "ya pokoknya tidak boleh". Untuk peserta berarti harus memotong tali sebelum lomba dimulai jika memang perlu.
  3. Tidak diperbolehkan membawa sketsa gambar bangunan pioneering. Bagi saya membawa sketsa juga boleh dilakukan karena seorang arsitek saja harus melihat rancangan gambar bangunan sebelum mengerjakan proyek apalagi hanya lomba pioneering. Meskipun mungkin di pangkalan masing-masing sudah berlatih namun ada kemungkinan lupa saat lomba sebenarnya, lagipula belum tentu juga tim yang membawa sketsa akan jadi pemenang. Jika memang panitia tetap membuat peraturan tidak boleh membawa sketsa maka sama seperti di atas harus ada alasan yang jelas jangan sampai ketika ada pertanyaan panitia hanya menjawab "ya karena ini lomba jadi tidak diperbolehkan". Untuk peserta harus lebih giat berlatih sehingga sketsa bangunan sudah hafal tanpa melihat gambar.
  4. Tidak diperbolehkan pinjam meminjam peralatan saat lomba kepada tim lain. Ini boleh dilakukan karena pinjam meminjam alat akan mengganggu peserta tim lain.  Untuk peserta harus mempersiapkan peralatan lomba dengan baik.
  5. Pioneering tidak boleh melebihi kavling yang sudah ditentukan. Aturan ini hanya berlaku jika bangunan pioneering sudah selesai namun dalam proses pembuatan diperbolehkan. Untuk peserta harus berhati-hati saat pembuatan pioneering melebihi batas kavling.
Dari 5 hal diatas jika sudah dibuat aturannya maka harus dilaksanakan. Baik panitia maupun peserta harus mentaati aturan tersebut. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi pelanggaran maka sebelum lomba dimulai panitia harus mengecek perlengkapan peserta sebelum masuk area lomba. Jika masih terjadi pelanggaran bisa diberikan pinalti berupa teguran, penyitaan barang atau diskualifikasi.

Menghindari Komplain Peserta
Untuk menghindari komplain dari peserta panitia harus melaksanakan lomba sesuai hasil kesepakatan saat technical meeting. Baik dari segi aturan lomba, juri lomba maupun penilaian.

Demikian penjelasan dalam membuat lomba pioneering, jika ada kekurangan atau pertanyaan bisa komen di bawah, semoga bermanfaat.


Wednesday, April 22, 2020

Program Kerja Berkesinambungan

Program kerja berkesinambungan bisa juga disebut sebagai program kerja yang berkelanjutan. Berkelanjutan artinya terus menerus dilakukan sampai tujuan program tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut jangka waktunya juga bervariasi bisa jangka pendek atau jangka panjang sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Tujuan program juga bersifat meluas dari saat pertama kali program mulai dilaksanakan. Pelaksanaan program kerja ini bisa dilakukan dengan beberapa cara diantaranya: 

1. Dilakukan dari tingkat yang lebih tinggi atau lebih besar ke tingkat yang lebih rendah atau lebih kecil. Sebagai contoh program kerja dimulai dari tingkat nasional ke tingkat daerah, kemudian ke tingkat cabang selanjutnya ke tingkat ranting. Contoh program kerja tahun 2020 oleh kwarnas yaitu pembentukan satuan tugas pramuka peduli.
Triwulan 1 : terbentuknya satuan tugas pramuka peduli di tingkat nasional
Triwulan 2 : terbentuknya satuan tugas pramuka peduli di tingkat nasional dan daerah 
Triwulan 3 : terbentuknya satuan tugas pramuka peduli di tingkat nasional, daerah dan cabang.
Triwulan 4 : terbentuknya satuan tugas pramuka peduli di tingkat nasional, daerah, cabang dan ranting.

2. Dilakukan dari tingkat yang lebih rendah atau lebih kecil ke tingkat yang lebih tinggi atau lebih besar. Pernyataan ini merupakan kebalikan dari pernyataan di atas, contohnya dilakukan dari tingkat ranting kemudian ke tingkat cabang dilanjutkan ke tingkat daerah dan terakhir ke tingkat nasional. Sebagai contoh program kerja tahun 2020 oleh kwarnas yaitu pendataan data potensi anggota Pramuka Indonesia.
Triwulan 1 : terkumpulnya data potensi anggota Pramuka di tingkat ranting
Triwulan 2 : terkumpulnya data potensi anggota Pramuka di tingkat ranting dan cabang
Triwulan 3 : terkumpulnya data potensi anggota Pramuka di tingkat ranting, cabang dan daerah.
Triwulan 4 : terkumpulnya data potensi anggota Pramuka di tingkat ranting, cabang, daerah dan nasional

Dari dua contoh di atas sudah bisa dilihat dengan jelas maksud dari program kerja berkesinambungan yang pada intinya dilakukan secara bertahap secara terus menerus sampai tujuan program tercapai. Demikian sedikit penjelasan dari artikel ini semoga bermanfaat.